Aku dan Duniaku 3

 

code

Author: Nikhe a.k.a BMR

Title     : Aku dan Duniaku part 2

Genre  : friendship,family.

Main cast         : Morimoto Ryutaro

Other cast        :Matsumura Hokuto, Tanaka Juri, Morimoto Shintaro dan Morimoto Natsune.

Length             : series

Desclimer        : semua jalan cerita ini milik saya dan dunia khayal saya. Morimoto Ryutaro milik author semata, sembilan member yang lain milik om Jhonny Entertainment.

====è

Ketika Hidup tak memberimu banyak pilihan maka buatlah pilihanmu sendiri.

“Nii-chan. Tunggu.” Shintaro memanggil Ryutaro yang telah bejalan beberapa meter di depannya.

Ryutaro menghentikan langkahnya dan menoleh sekilas. “Kenapa?”

“Aku ingin ke sekolah bersamamu.”

“Tidak. Aku tidak mau.” Tolak Ryutaro. “Kau atau aku yang berjalan duluan?”

“Nii-chan,” Shintaro menundukkan kepalanya.

Ryutaro kembali berjalan menuju stasiun kereta menuju Horikoshi Gakuen. Headset yang terpasang di telinganya sebenarnya tidka memainkan lagu apapun, dia hanya sedang membuat imej bahwa dia sedang sibuk mendengarkan musik. Tak berapa lama dia menoleh ke belakang melihat Shintaro masih berjalan nunduk dengan kekecewaan.

“Maafkan aku Shin, aku hanya tidak ingin orang-orang di sekolahmu membicarakanmu karena aku. Mungkin untuk sementara inilah yang terbaik.” Batin Ryutaro angkat bicara.

Perjalanan berjalan lancar seperti biasanya, tak ada pemandangan yang menarik. Semua orang sibuk dengan rutinitas masing-masing, dan Jepang tetaplah negara dengan penduduk yang jiwa sosialnya yang rendah. Orang-orang yang tidak mau berurusan dengan orang lain kecuali hal itu menguntungkan mereka.

“Ohayou kangmas Ryutaro.” Juri dan Hokuto menepuk pundak Ryutaro serempak.

“Ah, kalian. mengagetkanku saja.” Ryutaro balas menepuk pundak kedua teman tengilnya tersebut.

“Ano Ryu, sepertinya nanti sore kita tidak bisa pergi ke toko musik bersama.” Juri memulai pembicaraan.

“Eh? Mengapa?” Ryutaro menoleh.

“Kami harus berlatih untuk persiapan konser Hey Say Jump.” Sambung Hokuto.

Ryutaro mengangguk mengerti.

“Kita bisa menundanya untuk minggu depan bukan?” Hokuto menyemangati.

“Iya, minggu depan saja. Sekalian kita merencanakan kejutan ulang tahun untuk Shintaro.” Juri mendukung pernyataan Hokuto.

Ryutaro tersenyum. Senyum pahit yang ditahan.

Bukan, bukan karena rencana mereka gagal. Tetapi karena Konser HSJ yang hanya menghitung hari lagi. Konser yang seharusnya menjadi konser miliknya juga, namun semua itu hanya menjadi kenangan. Sejak dia di keluarkan dari grup itu setahun lalu.

“Ano, bukannya kau harus datang?” Juri kembali menoleh ke Ryutaro.

“Yeah.” Ryutaro menjawabnya dengan malas-malasan.

***

Gegap gempita sangat terasa di Tokyo Dome. Ribuan fans telah duduk di kursi yang di sediakan. Para crew juga hilir mudik memastikan bahwa semua rencana berjalan dengan lancar. Lampu-lampu dinyalakan dengan meriah, ini adalah konser JUMP termewah yang pernah di adakan. Konser yang seharusnya milik Ryutaro juga.

“Hey ganteng.” Yuya mencolek dagu Ryutaro.

“Yuya-kun. Ganbatte.” Ryutaro memberi semangat.

“Dasar bocah tengik. Jangan sok-sok memberiku semangat, kau yang saat ini lebih membutuhkan semangat dibanding aku.”

“Um.” Ryutaro menggigit bibirnya.

“Ryu-chan. Aku sangat merindukanmu.” Yuya memeluk Ryutaro. “Aku tahu perasaanmu. Kau seharusnya tidak usah datang kalau kau memang tidak menginginkan datang.”

“Tidak. Aku harus datang, mereka menyuruhku datang untuk membodohi fans kita. Sungguh, aku tidak ingin membohongi fans kita dengan berpura-pura hiatus. Aku tidak ingin memberikan harapan kosong untuk mereka. Tetapi ini demi kalian, demi karir kalian. demi Shintaro, dan demi kelangsungannya di dunia entertaint.” Ryutaro menumpahkan isi hatinya.

You are the best, Boy. You’re the stronger people ever I know.” Yuya mesih belum melepaskan pelukannya. “Datanglah ke rumahku sesekali, aku membeli banyak DVD dan komik baru.”

“Tidak. Aku dilarang berhubungan dengan kalian sampai benar-benar fans sudah siap menerima kepergianku.”

“Panggung tak akan sama tanpamu.”

“Huh, sudahlah.” Ryutaro menghapus air matanya. “Naiklah ke panggung. Kalian sudah harus tampil.”

Yuya menggosok kepala Ryutaro. “Aku pergi dulu.”

Tak lama setelah Yuya pergi, Hikaru dan Daiki berjalan ke arah bangku tempat duduknya.

“Ryu-chan.” Hikaru dan Daiki langsung memeluk Ryutaro.

“Kumohon, jangan menemuiku. Aku tidak ingin kalian dimarahi.” Ryutaro melepaskan pelukan Daiki dan Hikaru.

“Tidak apa-apa. Sebentar saja. Lagipula yang lain sedang sibuk dnegan urusan mereka, tidak akan ada yang sadar bahwa kami menghilang.” Hikaru duduk di sebelah Ryutaro.

“Ini, ambillah.” Daiki menyerahkan sebuah gelang.

Ryutaro mengerutkan alisnya. “Apa ini?”

“Ini adalah gelang yang Yuya-kun belikan ketika dia sedang di perancis. Dia membeli empat gelang yang sama. Aku, Hikaru, dan Yuya sudah memakainya. Nah yang terakhir ini milikmu.” Daiki memakaikan gelang itu di tangan Ryutaro.

“Nanti kami akan memakainya di panggung, dan kau juga harus memakainya di sini.” Hikaru menunjukkan gelang yang dipakainya.

“Ta-tapi. Mengapa tidak kalian berikan kepada yang lain?” Ryutaro masih bingung.

“Hey boy, kau itu istimewa. Gelang ini hanya pantas berada di tanganmu. Kau tahu kan maksudku?” Hikaru mengedipkan mata.

“Ryu-chan. Kami harus kembali ke ruang kostum.” Daiki memeluk erat Ryutaro.

“Ryu,” Hikaru menepuk pundak Ryutaro. “Dimanapun bintang berada, dia tetaplah bintang. Meskipun ada seseorang yang menyingkirkannya ke dalam lumpur hisap. Dan bintang akan selalu bersinar tak peduli seberapa keras usaha orang-orang untuk menyingkirkannya. Kau adalah bintang itu.”

Ryutaro mengangguk haru, air dari kedua sudut matanya perlahan mengalir.

“Arigatou.” Ryutaro memandang Daiki dan Hikaru.

“Ganbatte.” Daiki dan Hikaru mengepalkan kedua tangannya.

Konser yang di tunggu pun dimulai. Acara di buka oleh Shintaro dengan menaikkan semangat penonton. Tidak beberapa lama para junior pun meramaikan panggung. Konser benar-benar di mulai.

Ryutaro tersenyum bangga melihat Shintaro tampil dengan baik. Yeah, mungkin ini tidak terlalu buruk setidaknya masih ada Shintaro yang terus bertahan.

Memuakkan. Kata-kata yang tepat meggambarkan perasaan Ryutaro. Dia masih harus datang ke konser ini dan duduk bersama di tribun ke amanan bersama beberapa petugas keamanan. Dia harus datang hanya untuk menunjukkan kesan kepada fans bahwa dia masih mendukung grup ini, memberikan kesan bahwa dia masih akan kembali.

Grup yang terdiri dari sepuluh orang, ah tidak. Hanya sembilan. Seorang member yang bernama Morimoto Ryutaro telah keluar sejak Februari 2012, hanya saja hal itu masih di rahasiakan demi kelangsungan grup itu. Bayangkan saja reaksi apa yang akan di dapatkan grup itu bila keluarnya salah satu member terkuak? Fans akan banyak yang beralih fandom, pembelian kasset, marcandise dan tiket konser akan menurun. Bahkan yang terburuk, status grup itu di mata masyarakat akan menurun drastis.

Ketika masih menjadi member, Ryutaro terus dipaksa untuk tersenyum meskipun kenyataan sangatlah pahit.

Member lain yang selalu terlihat baik kepada Ryutaro, hubungan yang sellau terlihat berjalan lancar adalah imej yang diciptakan untuk fans. Melalui foto-foto mereka menciptakan imej itu. Tidak. Hubungan antar member tidaklah semulus itu. Pada kenyataannya, Keito dan Yamada tidaklah akur. Peristiwa penghapusan nomor telepon Keito dari kontak Yamada bukanlah hal biasa. Beberapa hari sebelum itu terjadi sebuah keributan besar yang menyebabkan Yuto turun tangan untuk menengahi. Sedangkan Chinen bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Yuto pun terkena imbas dari sikap sok pahlawannya. Yamada menganggap bahwa Yuto berpihak pada Keito, keadaan canggung berlangsung selama berhari-hari. Penyebabnya sepele, hanya karena Keito sulit menguasai gerakan.

Yamada Ryosuke, Imej yang dimilikinya adalah imej malaikat. Sang baik hati, penyabar, pekerja keras, dan penurut. Hell yeah, itu tidak sepenuhnya benar. Yamada bahkan sering menghardik Keito dengan tatapan-tataan tajam dan sinis. Bahkan Keito pun selalu berusaha untuk menyenangkan hati Yamada, hanya untuk ketenangannya di grup ini.

Yuto Nakajima pun sering berkonflik dengan Chinen yang terlalu tinggi hati. Chinen sang dewa setelah Yamada. Si pintar dengan akting yang memukau.

Inoo kei yang tidak terlalu peduli dengan posisinya di JUMP yang tak lain hanyalah pelengkap seperti Ryutaro dan Keito. Dia selau fokus dengan pendidikannya, tidak terlalu memusingkan bagiannya. Entah itu dia tidak mendapatkan lirik ataupun posisinya yang selalu di lini belakang.

Daiki, Hikaru, Yuya dan Yabu. Semuanya sangat serius di grup ini, mereka bekerja sebaik mungkin. Bagi mereka kehidupan keartisan ini sangat berharga.

Morimoto Ryutaro, member paling bungsu yang selalu merebut perhatian dimanapun dia berada. Banyak sekali senior-senior yang menyukai Ryutaro. Bahkan member Hey Say Best pun sangat menyayangi Ryutaro. Bisa dibilang bahwa, dari semua member HS7, Ryutaro-lah yang paling disayang.

Tidak ada sebuah grup dengan kesempurnaan tanpa cacat. Sandiwaralah yang membuat semuanya terlihat sempurna. Yang ditampilkan bukanlah hal yang sesungguhnya, tetapi hal yang diharapkan para fans. Tetapi para member tetaplah laki-laki pada umumnya, memiliki kontra – kehidupan pribadi – perselisihan – dan kekurangan.

Sifat Ryutaro bisa dibilang jauh dari kata sempurna. Sifatnya yang tengil dan selalu membuat ulah sebenarnya agak menyebalkan, namun hal itu-lah yang membuatnya menarik. Ada satu lagi sisi lagi yang membuat Ryutaro di sukai. Ryutaro itu tidak palsu. Apa yang ditampilkan oleh kepribadiannya bukanlah hal yang dibuat-buat.

***

Setelah duduk beberapa menit di tribun penonton, Ryutaro memutuskan untuk pulang. Dia tidak diwajibkan untuk menonton konser itu sampai habis, dia hanya diwajibkan untuk menunjukkan wajahnya menjalankan skenario yang telah di atur.

“Aku pulang.” Ryutaro merebahkan badannya di sofa.

“Nii-chan. Kau sudah makan malam?” Ibu Ryutaro menghampiri Ryutaro dengan sedikit berlari ke arahnya.

“Oka-chan, oka-chan selalu mengkhawatirkan aku.  Lihatlah diri oka-chan, oka-chan bahkan lebih kurus sekarang.” Ryutaro memegang kedua pundak ibunya.

“Ah, daijoubu.” Ibu Ryutaro menatap Ryutaro.

“Oka-chan, aku benar-benar lelah. Aku lelah dengan semua ini.” Ryutaro memandang lemas ke arah ibunya.

“Onii-chan, ibu akan selalu di pihakmu.” Ibu Ryutaro memeluknya.

Tak lama Ryutaro berjalan menuju kamarnya meninggalkan ibunya sendirian di ruang tengah. Ibu ryutaro hanya memandangi punggung anaknya dari belakang, mencoba memahami perasaan putra trtuanya tersebut. Betapa berat beban yang ditanggungnya saat ini.

“Andai beban itu bisa dipindahkan. Biarlah aku yang menanggungnya di pundakku.” Suara ayah Ryutaro mendekati istrinya yang sedang duduk.

“Oto-san, aku khawatir dengan mentalnya.” Ibu Ryutaro menggenggam tangan suaminya.

“Tidak apa-apa, dia anak yang kuat. Lebih kuat dari yang dia sendiri bisa bayangkan.”

“Oto-san, badannya memang gemuk sekarang. Itu bukan karena dia tidak punya beban pikiran, itu karena dia melampiaskan amarahnya dengan makan.”

“Iya. Aku mengerti. Dulu ketika dia masih kecil, ketika dia masih sering berkelahi dengan Shintaro, dia selalu memakan semua makanan di kulkas ketika amarahnya membuncah. Dia melampiaskan marahnya dengan makanan, daripada dia harus memukul adik-adiknya.” Ayah Ryutaro memeluk istrinya. Menepuk-nepuk pundak istrinya agar beban yang dirasakannya berkurang.

Ayah Ryutaro mengantarkan isterinya ke kamar.

“Hey.” Ayah Ryutaro menepuk pundak Ryutaro yang sejak dari awal menguping pembicaraan orang tuanya di  balik tangga.

“A~ano, tasku tertinggal.” Ryutaro menyeka air matanya.

Ayahnya mengelus kepala Ryutaro. “Nak, bintang tidak akan pernah bisa dikalahkan bulan. Seberapa pun bersinarnya bulan saat ini. ingatlah bahwa bulan itu meminjam cahaya dari bintang, suatu hari dia harus mengembalikan hal yang dipinjamnya.”

“Oto-san.” Ryutaro memeluk ayahnya dengan erat. “Jangan pernah tinggalkan aku, aku tidak akan mampu bertahan sendiri.”

“Oto-san tidak pernah meninggalkanmu, oto-san hanya ingin tahu sampai dimana kau mampu berakting pura-pura kuat.”

Malam yang dingin itu semakin membekukan keadaan. Namun hangatnya dukungan keluarga mampu mencairkan bongkahan es yang menjadi tembok penghalang kebahagiaan.

***TBC***

 

5 respons untuk ‘Aku dan Duniaku 3

  1. Huwaaa ƪ‎​​‎​(-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩__-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩)ʃ.
    Kak nikhe resek, pagi-pagi langsung nangis baca ceritanya TwT

    “Itu karena dia melampiaskan amarahnya dengan makan” <– yes sama! *tos* XD
    Bapak mertua gitu dong, dukung anakmu XD

  2. Ke ke dirimu jahara T^T ini part paling sedih ;( yaampun si ryuu idk nian2 keluar kan? Simpanan tante msh baik2 ajo kan? Ini klimat mgkin kesanny biaso “Andai beban itu bisa dipindahkan. Biarlah aku yang menanggungnya di pundakku.” Suara ayah Ryutaro mendekati istrinya yang sedang duduk. Tp gegara yg ngmong bpakny yg slmo ini digambarkan dingin, efekny jd nyess di ati am (mujur msh ingt puaso tp, kalo momen ny dipanjangi lg am yakin am bkal mewek T^T)

    am tnggu part 4ny. Terserah nak kpan dipos asal panjang *makso* *tebenak seketika*

    1. Huahh, tante~
      tolong nian bahaso taman lawang tuh jangan di keluarkan disini.
      disini masih banyak anak dibawah umur..

      Huahhh, Panjang?/ aponyo yang panjang tante.
      *imajinasi liar bermain.

      oke sippo 😀
      ^^7

  3. Jangan menyalahkan suami sayaa :p

    “Sandiwaralah yang membuat mereka terlihat sempurna” <– setuju
    "Mereka tetap laki-laki yang memiliki kontra blablabla" kurang 1 kak nikhe, mereka tetap laki-laki yang memiliki PACAR -_- *lirik si hamster*

    Wee apa kamu peluk pelum suami orang :p *karungin Ryu*

yang koment dapat cinta dari author :)