Aku dan Duniaku part 5 (ending)

code

Author : Nikhe a.k.a BMR

Title     : Aku dan Duniaku part 5 (final part)

Genre  : friendship,family.

Main cast         : Morimoto Ryutaro

Other cast        : Morimoto Shintaro dan Morimoto Natsune.

Length             : series

Desclimer        : semua jalan cerita ini milik saya dan dunia khayal saya. Morimoto Ryutaro milik author semata, sembilan member yang lain milik om Jhonny Entertainment. Jalan cerita ini merupakan fiksi karangan author semata.

====è 

Shintaro pulang ke rumah sesudah konser hampir jam 4 pagi.

 

“Bagaimana konser tadi?” Tanya Ryutaro.

 

Ryutaro berbaring di ranjangnya sambil memegang komik superhero ditemani sebuah lampu tidur yang masih menyala.

 

“Nii-chan, kau belum tidur?” Shintaro melepas jaket yang di kenakannya. “Semuanya lancar. Para penonton pun pulang dengan puas. Hanya saja…”

 

Kata-katanya terputus, dia memalingkan wajahnya dari kakaknya. Tangannya sibuk mengeluarkan barang-barang dari tasnya.

 

“Hanya saja?” Ryutaro menatap adiknya penuh tanya.

 

Shintaro berpura-pura sibuk dengan segala urusannya sedangkan Ryutaro yang penasaran masih membisu menunggu adiknya  membuka suara.

 

Shintaro duduk berhadapan dengan kakaknya. “Nii-chan, tadi ketika aku menari di antara penonton, ada seorang gadis menarik tanganku. Dia bertanya, apa yang sebenarnya yang terjadi pada kakakmu?” Shintaro terdiam. “Lalu aku hanya melemparkan senyum padanya. Namun ketika aku hendak melangkah ke tribun atas, dia masih menggenggam erat pergelangan tanganku.”

 

Ryutaro meletakkan komiknya ke meja. “Mungkinkah dia salah seorang fansku?”

 

“Besar kemungkinan ya. Lalu dia kembali bertanya, apakah kakakmu akan kembali?” Shintaro menatap kakaknya.

 

“Lalu, apa jawabanmu?”

 

“Aku tidak menjawabnya. Karena saat ini, aku ingin menanyakan hal yang sama padamu nii-chan.”

Ryutaro terhenyak. Pilu mengambang di salah satu sudut kalbunya. Asa yang di pendamnya sejak lama kembali bergejolak.

Ingin kembali? Tentu saja.

“Ternyata mereka masih mengingatku.” Jawab Ryutaro singkat.

Butiran bening mengalir dari sudut matanya. Tekanan jiwa yang selama ini menekannya telah mencair bersama tetesan-tetesan kekecewaan dan penyesalan.

“Tidak hanya mengingatmu, mereka bahkan sangat merindukanmu Ryu-nii.” Shintaro menepuk lembut pundak manusia rapuh di hadapannya. “Mereka sangat kehilanganmu.”

“Kau tahu Shin, sulit untuk mempercayai bahwa mereka masih mengharapkanku. Aku hanya serpihan kecil dari sebuah lingkaran yang dinamai Hey Say Jump, posisiku selalu tersingkir oleh orang yang ‘katanya’ lebih bertalenta dibanding aku. “ Ryutaro merasakan sesuatu menusuk kalbunya ketika mengingat masa jayanya beberapa waktu lalu. Pedih.

“Tetapi, senyum dari penggemarlah yang selalu membuatku bertahan.” Sambungnya.

Shintaro menstabilkan emosinya. “Jika salah satu bagian dari sebuah lingkaran menghilang, maka bentuknya tidak akan pernah sama lagi. HSJ without you is good, but HSJ with you is perfect. Aku tahu perasaanmu nii-chan, bersabarlah.”

“Kau tahu perasaaanku?” Ryutaro berdiri dari tempatnya. “Tahu apa kau Shin?” Bentaknya.

Shintaro terkejut melihat reaksi kakaknya.

“Kau tidak tahu apa-apa.” Ryutaro melanjutkan kata-katanya. “Kau tahu betapa sulitnya menjadi aku. Meskipun aku selalu di belakang, sorotan kamera sangat langka untukku. Aku tetap bertahan. Karena aku msih bisa menari seperti yang lain. Tidak apa-apa. Meskipun aku hanya mendapat sedikit bagian lirik bahkan terkadang microfonku sengaja dimatikan ketika konser agar suaraku tidak keluar, meskipun sekencang apapun aku berteriak. Aku masih bersabar. Bahkan yang terparah, keberadaanku dihilangkan dalam video ketika konser sehingga hanya meninggalkan bayanganku saja di samping Chinen, aku masih tetap diam. Dan sekarang, kau tahu sendiri bahwa pihak manajement mempermainkan penggemarku dengan memberikan alasan palsu bahwa aku hiatus hanya untuk fokus belajar. Aku kurang sabar apa?” Ryutaro menarik napas panjang.

Ini adalah kalimat terpanjang pertama yang pernah Ryutaro lontarkan sejak dia bisa bicara. Penat jika harus menyimpan ini sendirian. Dan dia sudah cukup hebat bisa bertahan sampai sejauh ini.

“Nii-chan.” Shintaro menghapus air matanya yang mulai menetes.

“Fokus belajar? Alasan itu terlalu dangkal untuk membuatku berhenti.” Sambung Ryutaro. “Yang bersekolah di grup ini bukan hanya aku sendiri. Mereka tetap bisa bersekolah sambil berkarir. Inoo bahkan sampai bisa menamatkan kuliahnya. Karir mereka tetap lancar. Andai orang-orang diluar sana sanggup berpikir sejauh ini.”

“Nii-chan hentikan.” Shintaro memohon.

“Shin, kau lihat baju debut pertamaku itu.” Ryutaro menunjuk baju yang telah hancur disobeknya berlabuh  di tong sampah. “ Jika aku tahu akhirnya akan seperti ini. aku tidak akan pernah memulainya.”

Ryutaro tersandar lemas di tiang meja belajarnya. Tak lama, ia duduk meringkuk sambil memeluk kedua kakinya.

“Kau bodoh. Mengapa kau membuat ulah hah?” Shintaro menghantamkan tinju ke kakaknya.

“Huh, tanpa harus aku membuat ulah, cepat atau lambat, mereka tetap akan mencari cara untuk menyingkirkanku. Lagipula yang membuat ulah disini bukan hanya aku. Mereka hanya ingin mencari-cari alasan.”

Shintaro menatap lembut ke arah kakaknya. “Nii-chan, jika aku ini dewa, akan kulenyapkan semua orang yang menyakitimu.”

“Shin, semoga mereka tidak melakukan hal yang sama padamu.” Ryutaro mengepalkan tangannya.

*

Natsune menangis sesegukan di balik tembok gudang. Tangannya meremas ujung baju gaun yang dipakainya.

“Natsu-chan.” Ryutaro menepuk pundak adiknya. “Apa yang terjadi?”

Natsune terperanjat. Di tatapnya mata lembut milik kakaknya itu. “Nii-chan.” Natsune langsung memeluk erat Ryutaro.

Ryutaro yang kebingungan melihat tingkah adiknya hanya bisa mengelus lembut pundaknya berharap dia akan segera menghentikan tangisnya. Tangis Natsune semakin menjadi ketika belaian lembut kakaknya menyentuh ujung rambutnya.

“Kenapa?” Ryutaro mengusap lembut air mata adiknya yang membanjiri wajah.

“Ni….ni….nii-chan. Aku tidak suka ketika ada penggemar HSJ yang tidak menganggap keberadaanmu lagi, yang menganggapmu hanya sebagai pemanis disana. Mereka menganggapmu tidak berkontribusi apa pun terhadap grup itu.” Ujar Natsune sambil sesegukan.

“Itu hak mereka. Tidak usah kau pikirkan.” Ryutaro menggenggam tangan adiknya.

Pilu. Yah, rasa itu yang menyerang hati Ryutaro. Melihat orang-orang yang disayangi menumpahkan air mata untuknya. Dia sungguh tidak melihat adegan ini.

“Nii-chan, mereka tidak pernah tahu bahwa kau berjuang mati-matian ketika pertama kau debut. Kau sering terlambat makan hanya untuk latihan, kau juga mengorbankan waktumu untuk beristirahat. Tetapi mereka sama sekali tidak mempertimbangkan hal itu. Yang bisa mereka lakukan hanya menyalahkanmu dan menghakimimu. Kau membuat kesalahan, kau sudah dihukum. Itu saja cukup untuk menebus dosamu. Kau tidak meghilangkan nyawa seseorang atau melakukan tindakan kriminal. Jika disini ada korban, maka orang itu adalah nii-chan.” Natsune masih menangis.

“Nii-chan baik-baik saja.” Ryutaro tersenyum. Senyuman paksa. “Karena semua ini, nii-chan lebih banyak waktu dirumah. Nii-chan selalu bermain bersama kalian, bukankah ini lebih baik?”

“Nii-chan, kau tidak pernah punya bakat berbohong. Jangan pernah tersenyum kalau kau tidak ingin melakukannya.” Natsune kembali memeluk kakaknya.

Ya, kau benar. Aku disini sedang terluka. Ujar Ryutaro dalam hati. Tetapi aku bisa apa sekarang? Hanya ini yang bisa ku lakukan. Tersenyum agar orang lain tersenyum.

*

Hidup merambat lambat ketika ujian sedang menghadang. Kesabaran mengikis tawa yang selama ini diciptakan. Pilu di hati kian meremuk, kesedihan pun mengucur deras. Tubuh kecil Ryutaro tidak cukup kuat untuk menampung semua itu seorang diri. Ingin berbagi. Pada siapa? Sebagian orang bertanya hanyalah sekadar ingin tahu, bukan benar-benar peduli.

Bagaikan petir menyambar ke seluruh tubuh Ryutaro ketika keputusan pasti tentang keberadaannya di jatuhkan. Ia resmi dikeluarkan dari Hey Say Jump. Ambruk seketika impian yang selama ini dia bangun. Jiwanya benar-benar kosong. Tubuhnya terasa amat lemas ketika keluar dari ruangan yang menjadi pengadilan masa depannya.

Kau adalah anak yang berbakat. Tetapi maaf, mungkin kau akan beruntung di tempat lain. Begitulah kalimat yang di lontarkan manajernya.

Tidak. Bukan manajernya yang melakukan hal itu. Tetapi perintah atasanlah yang telah membuat keputusan.

“Seperti ini kah cara mereka mendepakku?” Pertanyaan itu terus terngiang di kepalanya.

Ryutaro berjalan gontai, nyaris pingsan ketika melewati ruang latihannya saat dia masih menjadi junior. Di ruangan itu lah dia mulai menapakkan tariannya. Latihan sepenuh hati agar dia mendapat bagian di panggung meskipun itu di belakang. Kakinya terkilir karena salah mengikuti gerakan. Bukan hanya sekali atau dua kali cidera menimpanya, hal itu terlalu sering terjadi sehingga dia sendiri bahkan malas menghitungnya.

“Kau baik-baik saja?” Hikaru menopang tubuh Ryutaro yang hampir roboh.

Sadar akan keberadaan member HSJ di sekitarnya, Ryutaro langsung menguatkan pijakannya. Dia tidak ingin terlihat lemah di depan semua orang. “Ya. aku baik-baik saja.”

Ryutaro meneruskan langkahnya menuju arah yang berlawanan dengan member lain. Ditahannya semua air mata yang hendak meluncur.

“Apa kau puas?” ujar Ryutaro pelan ketika dia berjalan di sebelah salah satu member.

Dia hanya tersenyum kecil. “Ya. aku sangat puas.”

Ryutaro berjalan keluar dari tempat mengerikan itu dengan penuh amarah.

Malam itu, hawa dingin menyerang ketika Ryutaro memutuskan untuk menginap di rumah Hikaru. Bersama kentang bakar dan secangkir teh hangat, mereka melewati malam itu bersama.

“Yaotome-kun, rumahmu sangat nyaman.” Ryutaro berselonjor santai di sofa kamar Hikaru.

Mereka duduk di balkon yang menghadap ke sebuah danau buatan. Kamar Hikaru terbuat dari kayu-kayu berkualitas bagus, warna catnya juga sangat bersahaja.

“Arigatou.” Hikaru tersenyum sambil mengeluarkan bungkus rokoknya.

“Yaotome-kun, bolehkah aku menanyakan sesuatu?” Tanya Hikaru.

Hikaru mengangguk mengiyakan.

“Apa yang menyebabkanmu menganal benda ini?” Ryutaro memainkan bungkus rokok Hikaru.

“Pertama kali aku merokok ketika aku SMP kelas dua. Di balkon sekolah. Saat itu aku melihat sebuah puntung rokok yang masih menyala tertinggal disana.”

“Oh..” Ryutaro mengangguk paham.

“Kau mau mencobanya?” Hikaru menyodorkan rokok yang tadi dihisapnya.

“Ah, tidak. Aku tidak berpengalaman urusan ini.”

“Memangnya ini seperti melamar kerja. Harus memiliki pengalaman.”

“Baiklah.” Ryutaro mengambil rokok yang ditawarkan untuknya.

Ryutaro menghisap rokoknya. “Uhuk.” Ryutaro langsung terbatuk pada hisapan pertama. “Tidak. Tidak. Aku tidak mau.” Ryutaro menyodorkan kembali rokok itu pada Hikaru.

Hikaru mengambil sodoran dari Ryutaro.

“Eh, tunggu sebentar.” Ryutaro kembali mengambil rokok itu. “Bisakah kau ambil fotoku?” Ryutaro menempelkan rokok itu di mulutnya.

“Heh?” Hikaru heran.

“Para tokoh-tokoh besar dunia sering mengambil foto mereka ketika sedang merokok. Yah, siapa tahu aku juga akan menjadi seperti mereka.”

“Ah, kau ini, ada-ada saja. Yang mereka hisap itu bukan rokok tetapi cerutu.”

“Ah, apa bedanya? Sama-sama berasap ini.”

“Baiklah. Ich ni san.” Hikaru mengambil gambar Ryutaro.

“Oalah, kau terlihat sangat jelek. Wajahmu terlalu kau buat serius.” Komentar Hikaru.

“Tentu saja jelek. Lah wong aku tidak pernah merokok.” Timpal Ryutaro. “Tetapi, gayaku boleh juga.”

“Halah, gaya perokok amatir begini dibilang bagus. Apinya saja sudah mati karena tidak dihisap.” Hikaru mendorong bahu Ryutaro.

Malam terus berjalan. Foto Ryutaro pun dipindahkan Hikaru ke laptop pribadi miliknya.

“Ah, Yaotome-kun. Foto yang tadi lebih baik dihapus saja.” Pinta Ryutaro. “Nanti malah menimbulkan masalah.”

“Kau hapus saja sendiri. Aku harus ke kamar mandi.” Hikaru beranjak dari meja kamarnya menuju toilet.

“Huh, dasar hantu toilet.” Ryutaro menggeleng-geleng heran.

Dia beranjak mendekati laptop Hikaru yang masih menyala dan menghapus fotonya.

Matahari pagi menyapa. Kegiatan latihan terus berlanjut karena single terbaru ‘Over’ akan segera dirilis. Semua member dibuat sibuk olehnya, dari mulai perekaman suara sampai persiapan pembuatan video klip.

“Yaotome-kun.” Panggil Yamada di sela-sela latihan. “Boleh aku pinjam laptopmu? Laptopku tinggal.”

“Um, tentu saja.” Jawab Hikaru.

“Ano~ foto-foto kita di taman bermain musim panas lalu kau simpan di folder apa?” Yamada mengobrak-abrik files yang ada.

“Oh, yang itu. Fotonya sudah kuhapus. Coba kau periksa recycles bin, mungkin masih ada.”

Yamada mencari-cari foto yang dimaksud. Namun scrollbarnya terhenti ketika menemukan sebuah gambar menarik.

*

PV over akan rilis hanya dalam hitungan hari, namun sebuah kejutan besar menanti Ryutaro. Foto-fotonya sedang merokok telah menyebar di surat kabar, skandalnya menjadi berita nasional. Jepang pun gempar.

“Pasti kau yang menyebarkannya.” Hikaru menarik kerah Yamada.

“Hikaru, tenanglah.” Yabu menengahi.

“Apa alasanmu menuduhku?” Yamada mengelak.

“Sudahlah Ryosuke, mengaku saja. Setelah kau meminjam laptopku dulu, foto Ryu-chan yang sekarang menyebar itu sudah terhapus dan ternyata muncul kembali di folder. Kau pasti merestore ulang foto itu agar bisa mengirimkannya ke ponselmu.” Hikaru terbakar amarah.

“Benarkah itu?” tanya Daiki.

Pertemuan yang berlangsung di sebuah tempat karaoke berlangsung tegang. Pertemuan yang dihadiri oleh semua member BEST dan Yamada bertujuan untuk membuat Yamada mengakui ulahnya.

“Kau, tidak melakukannya bukan?” Yuya angkat bicara setelah menahan emosinya sejak tadi.

Inoo dan Yabu menatap Yamada penuh harapan.

“Ya. Dia pantas mendapatkannya.” Ujar Yamada sinis.

Kepalan tangan Inoo menghantam wajah Yamada. “Kau benar-benar keterlaluan.”

“Pertama, Yuto telah berhasil kau singkirkan untuk menjadi center. posisi Ryutaro pun telah berhasil kau geser dari tempat semula, tidak cukupkah itu?” Yabu masih mencoba bijaksana.

“Kau bahkan akan merilis lagumu sendiri. Tetapi keserakahanmu masih belum berhenti.” Daiki menatap kesal.

Yamada tahu persis siapa yang dihadapinya. Lima orang yang sangat menyayangi bocah yang sangat dibencinya.

“Ini industri hiburan. Yang terkuatlah yang akan bertahan.” Yamada menaikkan alis kirinya. “Yabu-kun dan Hikaru-kun, kalian berdua juga tidak ada bedanya denganku. Jika kalian memang setia kawan, kalian pasti akan debut bersama angkatan kalian. Yayayah. Tetapi, kalian berdua tetap memilih untuk bergabung bersama HSJ kan?”

Yabu dan Hikaru terdiam. “Tetapi, kami tidak pernah menggunakan cara kotor untuk menjatuhkan teman kami sendiri.” Yabu memukul perut Yamada.

Yamada terdorong ke dinding.

“Kalian bisa apa?” Tantang Yamada. “Sekeras apapun kalian berusaha, bukti yang ada sudah cukup kuat. Anak tolol bermodalkan senyuman seperti dia memang harus dibuang. Dia bahkan tidak bisa menari, suaranya pun pas-passan. Kualitas aktingnya biasa saja.”

Daiki ikut menghantam ulu hati Yamada. “Jaga bicaramu, biadab. Jika memang dia tidak berbakat, dia tidak akan menjadi orang yang debut paling cepat di JE ini. bahkan dalam usia sembilan tahun.”

“Yamada, kau iri pada Ryu?” Tanya Yuya straight to the point. “Kau takut dia mengalahkan pamormu? Kau takut karirmu merosot karena dia?”

“Cih.” Yamada membuang ludah. “Tidak ada yang harus kutakutkan dari dia. Aku seratus kali lebih baik dari dia.”

“Ckckckkk.” Hikaru berdecak. “Kira-kira, apa yang akan fansmu katakan jika mereka mengetahui tindakanmu? Memalukan.”

“Tentu saja Yamada iri.” Sambung Inoo. “Bukankah Ryu-chan sangat populer di antara senior? Jangankan senior, atasan kita saja sangat menyayangi Ryu-chan.”

“Tentu saja Ryu-chan banyak yang menyukai. Hanya orang bodoh yang tidak menyukai anak baik hati, menyenangkan, dan lucu seperti dia.” Yabu ikut memanas-manasi Yamada.

“Ah, jangan begitu. Yamada kan juga banyak dikagumi oleh junior.” Sindir Daiki.

Yamada mengepal kuat jemarinya. Dia paling tidak suka jika harus dibanding-bandingkan dengan Ryutaro.

“Dai-chan. Anak-anak itu hanya belum menyadari siapa Yamada sebenarnya. Jika mereka sadar, mereka akan segera berubah haluan.” Hikaru tersenyum sinis.

“Yama- Yama.” Yuya menggeleng-gelengkan kepalanya. “Kau itu populer karena terlalu banyak megimitasi gaya orang lain. Yah, tepatnya, kau itu seperti bayangannya Yamapi. Kau selalu menirunya, bahkan dari caranya berteriak. Tetapi, tidakkah kau sadari bahwa kau hanya bayangannya. Kau itu semu dan terlupakan.”

“Semoga kau bahagia dengan semua tingkahmu.” Ucap Hikaru.

Wajah Yamada memerah menahan marah.

“Di depan kamera, kita akan tetap mesra. Itu hanya sebuah keprofesionalitas kerja. Tetapi di luar, kita hanyalah kenalan biasa.” Yabu mendorong pundak Yamada dan meninggalkannya pergi.

Langkah Yabu diiringi member BEST lainya.

***

“Ayah. Aku sungguh tidak melakukannya.” Ujar Ryutaro sambil menangis. “Kumohon hentikan.”

Itulah kalimat yang Ryutaro teriakkan ketika dulu dia dipukuli ayahnya. Tubuhnya memar akibat hantaman ayahnya. Tetapi itu dulu, ketika ayahnya masih terlalu keras kepala untuk memercayai penjelasan anaknya sendiri.

Hikaru terus-terusan meminta maaf pada Ryutaro. Dia merasa benar-benar bersalah atas semuanya meskipun Ryutaro tidak menyalahkannya sama sekali. Member BEST lain juga tidak pernah merubah sikap mereka meskipun Ryutaro tidak pernah latihan dan berdiri di panggung yang sama lagi.

“Shin. Aku sudah benar-benar berhenti.” Ryutaro menatap adiknya.

“Nii-chan. Menjadi junior bukanlah hal yang buruk. Kita akan memulainya bersama lagi.” Shintaro menyemangati.

Suasana taman kota yang sejuk cukup ampuh untuk menenangkan keduanya.

“Shin. Tidakkah kau merasa aneh jika aku akan menjadi backdancer HSJ ketika konser? Padahal aku dulu merupakan salah satu bagian dari mereka.”

“Tetapi Ryu-nii, kau sangat menyukai bernyanyi dan menari. Mungkin saja kau bisa mengikuti jejak Ikuta Toma dan Yamashita Tomohisa, bersolo karir.” Shintaro tetap optimis.

Ryutaro terdiam.

“Atau kau bisa pindah agency dan bersolo karir seperti Shun Oguri. Kau itu sangat berbakat Ryu-nii. Tolong pikirkan penggemarmu, mereka pasti akan sangat merindukanmu.” Lanjut Shintaro.

“Aku telah mengecewakan mereka Shin.” Ryutaro melemparkan pandangannya ke jalan protokol yang dilewati banyak manusia.

“Jangan kecewakan mereka lebih dalam lagi.”

“Aku tidak bisa Shin. Aku sungguh tidak bisa. Aku tidak mempunyai penggemar. Bagiku, mereka adalah separuh semangatku. Dan mereka akan terus menyemangatiku sampai akhir.”

Shintaro menatap pasrah. Apapun yang kau rencanakan, aku percaya padamu nii-chan. Aku harap, aku juga memiliki penggemar seperti para penggemar setiamu.

“Apakah kau sudah memaafkan Yamada?” Tanya Shintaro.

Ryutaro mengangguk pasti. “Tanpa aku harus bertindak, Tuhan pasti akan membalaskan perbuatannya untukku.”

***END***

5 respons untuk ‘Aku dan Duniaku part 5 (ending)

  1. Wuih. . . Berasa nyata nian aka idup nian critany :3 keren pol polan aplg kalimat demi kalimat yg kau rangkai baik di percakapan ataupun dlam narasi. Nyatu n klop beuud like it love it so much.

    Seandainy kejadianny bnar2 mcam yg kau tulis ke, yakin 100% bhwa yama bnar bnar… *geleng geleng palak* betewe bhasa kau dewa tp dak lebe ke *.* mantaffff (y) wlau sad ending T^T

yang koment dapat cinta dari author :)