Keluarga acakadut part 3

Yang belum baca Part sebelumnya, silahkan baca disini : Keluarga acakadut 1, part 2

9356_653301944687276_299078598_n

Title : Keluarga acakadut”

Author : Nikhe a.k.a BMR

Genre  : friendship,family,dan gaje.

Main cast         : Morimoto Ryutaro

Other cast        : sembilan member HSJ

Length             : series

Desclimer        : semua jalan cerita ini milik saya dan dunia khayal saya. Morimoto Ryutaro milik author semata, sembilan member yang lain milik om Jhonny Entertainment.

=======è

Setelah kejadian sita menyita, Yuri and brother merencanakan sesusatu untuk mengembalikan fasilitas mereka. Perlahan namun pasti semua anak berjalan mengendap-endap ke kamar Inoo dan Yabu. Yuto ditugaskan untuk melihat keadaan di luar ruangan, sedangkan yang lain meneruskan perjalanan ke kamar orang tua mereka.

“Kenapa kita harus berjalan mengendap-endap sih?” Tanya Hikaru. “Ini kan Rumah kita, kok kita jadi seperti maling saja.”

“Benar juga.” Keito membenarkan.

“Oke. Ryutaro, kau bertugas mengumpulkan semua peralatan make-up mama. Ryosuke, kau kumpulkan semua baju-baju mahal mama.” Yuri membagi tugas. “Hikaru dan Keito, kumpulkan semua sepatu mahal papa. Daiki, semua perhiasan mama harus terkumpul. Kita ketemu di ruang tengah sepuluh menit lagi.”

“Lalu tugasmu apa?” Protes Daiki kepada Yuri.

“Ano~ aku kan yang punya rencana, jadi aku akan menjadi mandor disini.” Yuri tersenyum kecil.

Semua anak menjalankan tugasnya masing-masing.

“Ebusett, ini peralatan make up mama semua?” Ryutaro menemukan dua koper berukuran sedang yang berisi peralatan make up.

“Emph, Ryu.” Yuri melongok ke arah Ryutaro. “Itu senjata mama kalau mau ke kondangan.”

“Chi, kau yakin akan keselamatanku jika aku melakukan ini?” Ryutaro menggaruk-garuk kepalanya.

“Tenang saja. Mana ada tampang sepertiku ini memiliki jiwa-jiwa penjerumus seperti itu. Cepat selesaikan, nanti mama keburu pulang.” Yuri pun melanjutkan kegiatan mandornya.

“Apa? Mama punya baju semahal ini?” Ryosuke tercengang melihat brand baju yang tertempel di baju Inoo. “ Boros? Siapa yang lebih boros?” Ryosuke geram.

“Beuhh, nih sepatu kan limited edition. Di iklannya aja mahal gile, dan ada sebiji di lemari sepatu papa.” Keito menggemeretakkan tangannya dengan kesal. “Harga sepatu ini bahkan setengah harga gitarku.”

“Papa sama mama keterlaluan nih.” Hikaru tak kalah kesal.

Daiki membongkar-bogkar laci, tetapi tidak ada satu aksesories pun yang di temukan. “Mama nggak punya aksesories.” Daiki berteriak kepada Yuri.

“Benarkah?” Yuri memastikan. “Ya sudah, kumpulkan saja apa yang ada.”

Setelah proses penjarahan selesai, semua barang di kumpulkan di ruang tengah. Tas, sepatu, baju dan beberapa barang lainnya telah terdampar dengan sukses.

“Ckckckckk, kita persis seperti mau membuka sebuah toko.” Yuto melihat-lihat barang yang dikumpulkan.

“Kau lihat ini.” Ryosuke mengangkat sebuah tas. “ Ini tas prada yang hanya di produksi tiga biji, terbuat dari kulit ular kualitas terbaik dan mama punya salah satunya. Nggak usah di jelasin, anak TK juga tahu nih harganya pasti mahal pake banget.”

Yabu dan Inoo yang baru saja pulang dari agenda kencan mingguan mereka langsung terkejut melihat semua barang-barang mereka tertumpuk di ruang tengah. Semua anak-anaknya berdiri sambil berkacak pinggang dengan muka lusuh yang dikombinasikan dengan kesal.

“Bisakah mama jelaskan?” Hikaru menunjuk barang-barang itu.

“BBM sudah naik. Jika kamu terus-terusan menggunakan mobilmu itu akan menjadi pemborosan,” Yuri mengulangi perkataan mamanya tempo hari perihal penyitaan mobil-mobilnya, “Apakah ini bukan pemborosan?”

Yabu dan Inoo berpandangan. “Yabu, kapan kau membeli sepatu itu? Kok aku nggak tahu?” Inoo menatap tajam ke arah Yabu.

“Tas itu juga kapan kamu beli?” Yabu tak ingin kalah.

“SETTTOOOPPP. Bukan itu intinya.” Daiki menengahi.

“Kalau barang-barang kami disita maka semua ini juga harus disita.” Yuto meminta keadilan.

“Eto~ kalau ini beda kasus.” Yabu membela diri.

“Beda kasus?” Ryosuke mulai berorasi. “Mama, tas mama saja harganya bahkan jauh lebih mahal dibanding gitar, bass, drum electric dan aksesoriesku. Masih mau bilang beda kasus?”

“Dimana keadilan dirumah ini?” sambung Ryutaro.

“Tidakkk bisa.” Tolak Yabu. “Ini semua kan yang beli pake uang papa sendiri. Nah kalian kan masih minta uang dari papa. Wajar dong kalau disita.”

“Yuya…” Teriak Inoo.

Tak ada jawaban terdengar karena Yuya sedang pergi ke komplek sebelah untuk menyambangi gadis-gadis polos disana untuk dinodai (?).

“Oke. Barang kalian hanya akan disita untuk satu bulan saja.” Inoo menjelaskan. “Selama bulan ramadhan ini, nggak ada yang namanya barang-barang itu.”

“APPPAAA??” Semua anak-anak berteriak kompak.

“Yuto, daripada kamu nggebuk-nggebuk drum lebih baik nggebuk-nggebuk bedug. Ryu, selama bulan puasa aktifitas dunia maya kamu harus dihentikan sejenak. Ryosuke, kalo kamu pake aksesoris kamu jadi makin ganteng nak, kalo kamu ganteng nanti yang memandang kamu jadi zinah mata. Itu dosa.” Inoo menjelaskan.

“Yuri, daripada kamu kelayapan mending kamu tadarussan di masjid. Daiki, ini kan bulan puasa jadi kamu harus puasa. Nggak ada pocky-pockyan lagi.” Yabu menambahkan.

“Hikaru, kamu akan ikut RISMA. Kan lumayan kalo kamu bisa bantu adzan disana.” Sambung Inoo. “Dan kamu Keito, kamu dirumah aja. Bantuin mama beres-beres.”

Semua anak-anak terduduk lemas mendengar pemaparan dari mama dan papa mereka. Inoo berlalu ke kamarnya sementara Yabu membereskan barang-barang.

“maaf ya anak-anak, papa tidak bisa berbuat apa-apa.” Yabu menatap anak-anaknya penuh sesal.

“Halahhh.” Ryutaro mendengus kesal. “Papa kan anggota komunitas suami takut isteri, mana mungkin bisa ngebantah mama.”

“Ya Tuhan, apa salah hamba di masa lalu sehingga punya anak-anak seperti ini? dengarlah ratapan suami yang soleh ini Tuhan.” Ratap Yabu.

***

“Anak-anak, ayo kita sahur.” Teriak Inoo dari dapur.

Namun tak tedengar jawaban sama sekali, baik dari dalam kamar yang berada di lantai dasar maupun yang di lantai dua.

Yabu yang sedang duduk anthem di meja makan hanya melongok heran ketika hanya Keito yang berjalan menuruni tangga sambil mengucek-ngucek mata.

“Hah~ yang lain kemana?” Keito bingung.

“Bangunkan dulu sana.” Perintah Yabu.

Keito pun beringsut  ke kamar Ryosuke dan Yuri yang berada di sebelah ruang tengah. Dilihatnya Yuri yang tengah duduk bersila di atas kasur sambil memeluk bantal gulingnya, sedangkan Ryosuke baru keluar dari kamar mandi sambil mengusap wajahnya dengan handuk.

“Ayo kita bangunkan yang lain.” Ajak Keito.

Meskipun dengan malas-malasan, akhirnya Yuri dan Ryosuke mengiyakan ajakan Keito. Pertama kali, mereka menuju kamar yang ditempati Daiki dan Hikaru.

Melihat posisi Daiki yang tengah asyik bergulung dengan selimutnya memberatkan hati Ryosuke untuk melanjutkan aksinya.

“Ayo cepat. Nanti malah keburu imsak.” Yuri langsung melompat ke atas kasur.

Ryosuke mengambil seperangkat sisir dan gelas yang berada di meja lalu segera membenturkan kedua benda itu sehingga menimbulkan suara bising. “ Daiki.!! Ayo segera engkau bangun~” Ryosuke menyanyikan lagu yang merupakan pelesetan dari lagu Judi milik raja dangdut.

Seketika itu pula Keito langsung melakukan tarian-tarian yang lebih mirip tarian pawang hujan di sebelah Hikaru.

“Berisikk woy. Berisik.” Hikaru langsung menutup kupingnya dengan bantal.

Sementara Ryosuke dan Keito melakukan konser tunggal. Yuri tak ingin kalah melakukan aksinya di atas tempat tidur, dia melakukan blackflip berulang-ulang yang menyebabkan ranjang bergerak tidak beraturan. Kasur yang bahkan lebih mirip seperti habis diterjang gempa tektonik.

Kerja keras tersebut akhirnya membuahkan hasil. Tak lama kemudian Hikaru dan Daiki pun terbangun. Sekarang semuanya bergegas menuju kamar atas yang dihuni oleh seekor jerapah dan marmut. Yuto dan Ryutaro.

“Okesip. Sekarang siapa yang akan membangunkan dua makhluk itu?” Hikaru memulai dengan pertanyaan pamungkas.

“Ano~ Yuto ya?” Ryosuke mulai agak takut. “Sebaiknya kau saja bang Dai.”

“EH? Aku?” Daiki tersentak. “No way. Itu sama saja seperti menumbalkan kelinci dengan serigala. Yuri saja.”

“Jangan aku. Aku masih belum mau diserang oleh Yuto besok pagi, aku mau menjalankan puasa dengan tenang.” Tolak Yuri.

“Ah~ bagaimana kalau kau saja Ket?” usul Ryosuke.

“Membangunkan Ryutaro saja aku takut, apalagi Yuto.” Keito mulai membayangkan nasibnya andai saja itu terjadi.

Tak lama ketika mereka tengah berdiskusi. “Bagaimana kalau orang itu saja.” Ryosuke menunjuk Yuya yang baru saja keluar dari kamarnya.

Setelah sampai di depan pintu kamar Yuto dan Ryutaro, Yuri membuka pintu tersebut perlahan.

“Ke-kenapa harus aku?” Tanya Yuya.

“Karena kami harus cuci muka terlebih dahulu.” Hikaru memberikan alasan.

“Ah, sudahlah. Bangunkan saja.” Bujuk Daiki.

“Apakah kalian lupa ketika Ryutaro marah-marah padaku ketika aku berniat membantunya mengerjakan PR?” Yuya bernostalgia. Kembali diingatnya raut wajah Ryutaro yang kesal akibat niat baiknya.

“Ah, banyak cakap kau.” Daiki langsung mendorong Yuya.

Yuya terjerembab di kasur dengan sukses dan tak pelak membangunkan kedua makhluk yang tengah hikmad melakukan hibernasinya.

Daiki langsung menutup pintu, sementara saudara-saudaranya telah meringkukkan badan dan menutup telinga dengan tangannya masing-masing.

PRAAKKKKK… KROOOOTAKKKK…

JJJJGGGARRRRR…

PRAAAAAANNGGGGGG.. DDDUUARRRRRR…

Entah apa yang baru saja terjadi dan benda-benda apa yang melayang, Yuya keluar kamar dengan wajah yang kusut dan butuh belaian kasih sayang.

Yuto dan Ryutaro pun berjalan beriringan keluar kamar. “Ape lu liat-liat.” Bentak Yuto dan Ryutaro serentak.

Ryosuke, Keito, Yuri, Daiki dan Hikaru hanya bisa menelan ludah.

Setelah semua berkumpul di meja makan. Yuri membantu membagikan piring sementara Inoo mengambilkan sendokan nasi pertama untuk Yabu.

“Anak-anak~” Yabu memulai pembicaraan.

“Udah deh pa, nggak usah khotbah.” Ryosuke menyela Yabu. “Itadakimasu~”

“Itadakimasu~” semua orang menjawab dan memulai kegiatan santap sahur.

“Ckckckckkk.” Yabu menggeleng-gelengkan kepala.

Dari semua yang hadir, hanya Ryutaro yang terlihat paling bersemangat. Dia mengambil nasi sampai memenuhi piringnya, di ambiilnya sepotong ikan bakar dan ayam goreng. Belum lagi sayur asam, gorengan tahu dan tempe serta sambal terasi yang telah bertengger rapi di piringnya.

Yuto yang sedari tadi masih agak mengantuk langsung tersadar. “Ebuseett, elu mau sahur apa mau nguli. Makan banyak amat.”

Namun ucapan Yuto, sama sekali tidak dipedulikan Ryutaro.

***

Hari pertama puasa pun dimulai. Ryosuke dan Yuri terbaring lemas di kamarnya.

“Haihh, coba aja kalau masih ada mobil. Jam segini kan bisa jalan-jalan.” Keluh Yuri.

“Bagaimana kalau kita membuka usaha, terus hasilnya kita tabungkan.” Usul Ryosuke.

“Usaha? Usaha apa?” Yuri mulai tertarik.

“Ini kan bulan puasa, bagaimana kalau kita berjualan cendol.”

“Hah? Cendol? Mau jualan sampai bang Toyib pulang pun mana mungkin bisa membeli mobil hanya dengan mengandalkan cendol.” Yuri menutup kepalanya dengan bantal guling.

“Lalu apa yang harus kita lakukan?”

“Tenang, hanya tersisa 29 hari lagi.” Yuri menepuk-nepuk pundak Ryosuke.

Ryutaro dan Yuya sedari jam dua siang tadi telah on the way di depan Jam yang berada di ruang tengah. Mata mereka memperhatikan detik yang bergerak amat perlahan. Hikaru yang tidak sengaja melewati ruangan itu sehabis mandi berdiri mematung memperhatikan tingkah om dan ponakan itu.

“Woy. Daripada duduk nggak jelas disini, lebih baik kalian tidur. Kan bisa menambah pahala.” Hikaru mengerutkan kening.

“Nah kamu, dari habis sahur kalau dihitung-hitung sudah hampir tiga kali mandi.” Jawab Yuya. “Keseringan mandi juga bikin batal loh.”

“Atau jangan-jangan, ketika kau mandi, kau telan sedikit airnya. Sudahlah, mengaku saja.” Tuduh Ryutaro. “Kerbau dekil sepertimu menjadi suka mandi itu benar-benar mencurigakan.”

“Huh, enak saja.” Hikaru melanjutkan perjalanannya ke kamar.

Inoo yang tengah menonton televisi sama sekali tidak memperhatikan ulah anak-anaknya. Tenggorokannya yang haus tambah menjadi-jadi ketika melihat iklan sirup yang wara-wiri.

“Ma, dedek boleh puasa cetengah hali tan? Dedek tan masih nciel.” Ryutaro sengaja mengubah dialeknya.

“Heh?” Yuya jumpalitan melihat tingkah Ryutaro.

“Tidak bisa. 18 tahun kau bilang masih kecil? jika kau mau, kau bahkan sudah dapat izin menikah dan bisa bikin anak.” Tolak Inoo.

“Mama kejam.” Ryutaro merengut.

Yuya hanya tersenyum-senyum nista mendengar jawaban Ryutaro.

“Om. Kita main kuda-kudaan yuk.” Ajak Ryutaro. “Aku jadi koboinya dan om jadi kudanya.”

“HAPAH?” Yuya menganga lebar. “Ryu, haruskah kita imunisasi lagi agar mengetahui berat badanmu sekarang?”

“Mama. Kalo tidak belmain kuda-kudaan, dedek mau pecah aja.” Ancam Ryutaro.

“Yuya, ikuti saja keinginan anak bungsu itu. Ini kan hari pertama, tidak lucu kan kalau dia langsung pecah.” Ujar Inoo dengan santainya.

Yuya langsung terlemas mendengar penuturan kakak iparnya. Mau tidak mau Yuya harus mengikuti permintaan Ryutaro yang aneh itu.

“Yo~ ayo kita kesana. Kya~” Ryutaro berlagak seperti penunggang kuda profesional.

Tangan kanannya menunjuk ke depan sementara tangan kirinya memukul-mukul pantat Yuya.

“Om, om seharusnya meringkik seperti kuda ketika aku pukul pantatnya.” Perintah Ryutaro. “Biar lebih berasa.”

“Berasa kepala papamu peyang.” Gerutu Yuya.

“Eitss, papa itu kakaknya om loh. Jangan lupakan kalau kalian itu satu cetakan, sesama peyang nggak boleh saling menghina.” Ryutaro menjawab dengan pongah. “Ayo jalan lagi, kyaaaaa.” Ryutaro kembali memukul pantat Yuya.

Yuya pun berjalan dari ujung ke ujung ruangan dengan Ryutaro di punggungnya. Seribu sumpah serapah ditahannya dalam hati, mempunyai keponakan durhaka bukanlah hal mudah. Setelah tadi subuh dia ditumbalkan untuk membangunkan dua makhluk paling kebo di rumah, dan siang ini dia juga menjadi sasaran empuk ponakan bungsunya.

“Haih, menghadapi ponakanku yang satu ini aja harus istighfar berkali-kali. Belum lagi keenam ponakan yang lain.” Dengus Yuya kesal.

“Eits, jangan malah. Nanti puacanya batal loh~” Goda Ryutaro.

Yuri yang ingin ke kamar mandi melihat kegiatan Ryutaro dan Yuya pun tertarik untuk bergabung. Tentu saja bukan bertugas sebagai kuda.

“Gantian dong.” Yuri mendekati Ryutaro.

Belum lagi Ryutaro sempat menjawab. “Eh eh eh. Tidak ada istilah ganti-gantian.” Tolak Yuya sambil memegang-megang pinggangnya.

“Mama.” Yuri berjalan mendekati Inoo dengan muka memelas dan puppy eyes.

“Yuya. Sesekali menyenangkan ponakanmu di bulan ramadhan tidak dosa kan.” Jawab Inoo sambil mengibaskan rambutnya.

Jawaban iya yang tersamar dari Inoo membuat Yuya langsung terduduk lemas. Sementara Ryutaro dan Yuri telah tersenyum sumringah.

“Kita main di kamar saja.” Ajak Yuya. “Aku tidak ingin kita tambah anggota lagi.” Yuya memikirkan keselamatan pinggangnya.

Sementara itu, Yabu yang baru keluar dari kamar berdiri di pintu menatap Inoo dengan tatapan hentai tersamar.

“Sayang~” Goda Yabu.

Inoo hanya melirik sebentar ke arah Yabu lalu fokus ke televisi lagi.

“Ah, sayangku ini sombong sekali.” Yabu mendekati Inoo.

“Ada apa?” Jawab Inoo ketus.

“Mama cantik deh hari ini.” Rayu Yabu.

“Oh. Jadi Cuma hari ini?” Inoo menatap horor.

“Sensi banget sih. Kita pergi yuk.” Yabu memegang pergelangan tangan Inoo dan berniat mengajaknya ke kamar.

“Ah. Ayo pa. Mama lupa belum beli ubi manis, hari ini mama mau membuat kolak kesukaan anak-anak.” Ucap Inoo. “Kita mau pergi ke pasar kan?”

“Hah.” Yabu terbelalak kecewa. “A-ayo kita ke pasar.” Yabu mengurungkan niat awalnya.

***

Berbagai takjil dan makanan sudah tersaji dengan menawan di atas meja makan. Kolak, kurma, sop buah, kue tradisional dan  jajanan pasar pun telah meramaikan hidangan meriah itu.

Ryutaro dan Daiki menatap takjil dengan penuh harap, berbeda sekali dengan  yang lainnya. Sementara itu Hikaru sedang memilah-milah potongan ikan bakar dengan ukuran yang paling besar, Keito yang sedari tadi sudah mengelus-elus gelas dingin berisi es teler yang berdiri gagah di hadapannya.

“Hush, anak-anak. Kembali ke kamar dulu sana. Mata kalian seperti mau copot ketika memandangi makanan ini.” Yabu mengingatkan.

“Ah. Papa juga sering menatap mama dengan tatapan seperti ini.” Keito menunjuk Inoo yang masih bolak-balik ke dapur menyiapkan piring dan keperluan makan yang lain.

PLLLLAKKKK. Sebuah piring mendarat di kepala Keito. “Kalau yang itu lain ceritanya.” Jawab Yabu.

“Pa. Bukannya kalau puasa itu kita harus bisa menahan amarah?” Tanya Ryosuke yang tiba-tiba bergabung ke meja makan.

“Ah itu. Papa kan mukulnya pake kasih sayang, bukan amarah.” Yabu mengelus kepala Keito. “Iya kan nak.” Sambung Yabu lagi sambil menatap Keito dengan tatapan kalau-tidak-kamu-iyakan-satu-piring-lagi-yang-akan-mendarat-dikepalamu.

Belum sempat Keito menjawab, Hikaru langsung mengelus kepala Keito. “Tidak usah dijawab. Ini bukan kali pertamanya tindakan anarkis terjadi di rumah ini.” Hikaru berlagak peduli.

Suasana hening. Semuanya kembali ke kegiatan semula. Hingga sebuah lap dapur mendarat di pangkuan Daiki.

“Huaa…” Daiki tersentak kaget. “Bagaimana mungkin benda ini berada dalam pangkuanku? Dosa apa aku di masa lalu?” Daiki lebay.

Sentakan dari Daiki ikut mengejutkan Ryutaro. “Ke-kenapa bang? Apa yang terjadi? Ini dimana? Kalian siapa? Apa yang kalian lakukan? Aku ini kenapa?” Ryutaro heboh sendiri.

PLAAAKKK… Sendok nasi menghantam kepala Ryutaro.

“Ini hanya elap dapur Ryu, tidak usah histeris.” Yuri mengangkat elap tersebut. “Kalian ini dari tadi hanya duduk-duduk santai saja. Lihat mama jadi kerepotan sendiri, sejak tadi hanya aku yang berinisatif untuk membantu mama.” Yuri mulai mengomel.

“Yey~ salah sendiri kenapa situ pinter, kan situ jadi kreatif, inofatif dan inisiatif.” Ujar Daiki sambil membersihkan dirinya.

“Tau nih~ nggak bisa lihat orang senang dikit.” Ryutaro membela Daiki.

Dalam perdebatan panjang itu, tiba-tiba Yuto berlari terburu-buru ke arah meja makan. “Ayo semuanya, sekarang sudah waktunya berbuka.” Yuto segera membaca do’a dan langsung menenggak es telernya.

“Uwah!! Benarkah?” Hikaru, Daiki, Ryosuke dan Ryutaro yang berteriak dengan amazing.

Setelah menenggak minuman, Yuto pun mengangguk mengiyakan. “Iya, lihat di televisi deh kalau nggak percaya.”

“Ano~ tunggu dulu.” Yuya yang baru saja keluar dari kamar mandi menghentikan percakapan. “Channel apa?”

“Channel XYZ.” Yuto mencomot sepotong kue lapis legit.

“Bukannya channel itu untuk wilayah Jepang timur ya? kita kan masuk dalam pembagian waktu jepang barat?” Jawab Yuya sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

“Hahhh?” Yuto terbelalak tidak percaya.

“Um~” Ryosuke mengangguk. “Itu kan wilayah waktu untuk Jepang Timur. Berarti kita belum bisa berbuka.”

“Eto~ bang Yut.” Sambung Yuri. “Sayang sekali kau sudah membatalkan puasamu, padahal waktu berbuka hanya beberapa menit lagi.”

“Huuuuuuuuuaaaaaaaaaaa… maaammmaaahhh.” Yuto menghantamkan kepalanya ke tembok.

“Ckckckkk.”Inoo berdecak melihat tingkah Yuto. “ Ya sudah, kalau tidak sengaja masih bisa dimaafkan kok.” Inoo membantu Yuto bangkit.

“Eh? Bisa gitu?” Ryosuke dan Ryutaro bertanya serentak.

“Enak banget.” Sambung Yuri.

“Sudah habis es teler setengah gelas dan sepotong kue lapis tetapi masih bisa lanjut?” Keito kembali menatap gelas es tellernya dengan memelas.

Ryosuke dan Ryutaro tengah memikirkan akting yang akan dilakukannya untuk besok hari di pikiran masing-masing.

PLLLLLEETTTAAKKK. Wajan penggorengan bergiliran mendarat di kepala Ryosuke dan Ryutaro.

“Kalau di rencanakan ya sudah pasti batal. Memangnya Tuhan tidak tahu jalan pikiran kalian?” Bentak Inoo. “Dasar anak nakal.”

“K-kok mama bisa tau?” Ryutaro keheranan.

“Biasalah Ryu, insting emak-emak.” Ryosuke menambahkan.

Tak lama kemudian azan pun menggema.

“Itada kimasu~” Yabu memulai setelah memimpin do’a.

“Ittai kimasu.” Ryosuke dan Ryutaro masih meringis kesakitan.

***TBC***

Udahan dulu yey~

Bagi yang membaca FF ini diharapkan untuk mampir ke kolom komentar sekadar untuk memberi saran, komentar, ataupun cacian terhadap author. Author maksa? Enggak kok, nggak maksa. *Author mengancungkan pisau daging.

Author undur diri ^^v

6 respons untuk ‘Keluarga acakadut part 3

  1. Ke, mestiny ini ganti judul, kluarga anarkis musyawaroh xD
    yuya kmarin yg main noda-nodaan sm saia kmarn itu kamu 😮 mwahahaha. . .
    Bgia pling am lop lop tu wktu inoo ngmong “Yuto, daripada kamu nggebuk-nggebuk drum lebih baik nggebuk-nggebuk bedug. Ryu, selama bulan puasa aktifitas dunia
    maya kamu harus dihentikan sejenak. Ryosuke, kalo kamu pake aksesoris kamu jadi makin ganteng nak, kalo kamu ganteng
    nanti yang memandang kamu jadi zinah mata. Itu dosa.” etapi yg ganteng,tu kan, hika :/ trus bgian chinen+ryu yg main kudo2an sm yuya untunglah bkan bebeb hika :*

    no typo here \(‘o’)/ *tebar konfeti* ryu sumpah, dah ga usah sok imut km tu unyu :3

    1. Huahhh~ kalo anarkis dak usah pake acara musyawarah -_-

      Ohh, jdi kamu meskipun bulan puaso main noda-nodaan tetap lanjut??? cuaccaammm~~

      Eh?? baru kau ni lah orang yang amb temui yg cinta niannn dgn Hikaru. setelah Trisma~
      *Peluk Hika~

      Eh yg main kuda-kudaan tuh terinspirasi dari epep kau loh~

      Yg TOP jdi amnesia~

      Ciuss?? dakdo Typo?? Yokatta~~
      ini patut dirayakan~

yang koment dapat cinta dari author :)